Hari Ke-2 Perjalanan Wakil Presiden LSM LIRA Irham Maulidy HR, S.Sos, M.Sos ke Ambon.
Tulehu, LiraNews – Perjalanan saya silaturrahim ke Negeri Ambon, Maluku merupakan undangan terhormat dari Ikhsan Tualeka.
Saya dan Ikhsan adalah kawan rasa saudara yang sudah saling kenal sejak 25 tahun lalu, tepatnya sejak masa kuliah di Surabaya dimana kami sama-sama sebagai aktivis kampus.
Dari Ikhsan lah, saya mendengar cerita-cerita tentang eksotisme dan kesuburan alam Maluku. Mulai dari pantai, gunung, air terjun, dan tentu saja Kota Ambon yang berada di Teluk Maluku layaknya Kota Hongkong di China.
Kedatangan ke Maluku, adalah untuk rencana pengiriman beasiswa santri dan pendirian cabang Pondok Pesantren, sekaligus Konsolidasi organisasi LSM LIRA di Maluku.
Pada hari kedua di Ambon, saya mulai membuktikan cerita-cerita Ikhsan yang selama ini melekat dalam imajinasi dan benak saya.
Setelah menikmati sarapan nasi kuning khas Ambon, tepat sekitar pukul 11.00 WIT, kami menuju Mall ACC (Ambon City Centre) untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan peralatan saat nge-pantai.
Selepas dari Mall ACC, kami memilih mengeksplore Pantai Liang sebagai tujuan pertama. Pantai Liang berada di samping Dermaga Hunimoa dengan garis pantai yang panjang, pasirnya putih, bersih, dan eksotis dihiasi akar pohon yang tercabut dan menjuntai ketepi pantai.
Sesekali menyaksikan kapal Ferry yang lalu lalang menuju pulau Seram, serta bermain air laut dan menaiki perahu nelayan tradisional yang disewakan Rp50.000/Jam (murah sekali, khan guys).
Sambil berlayar menikmati indahnya gelombang, saya pun menceburkan tubuh ke dalam laut biru yang bening dan indah. Sesekali menyelam menyapa ikan-ikan laut yang penuh keriangan.
Setelah puas berenang, kami pun menyusuri pantai, hingga rasa haus datang. Maka ada air degan hijau yang segar siap mengguyur kerongkongan. Kemudian biarkan lidah anda merasakan nikmatnya rujak buah yang aduhai, maknyus nikmatnya!
Matahari beringsut pergi, panorama Pantai Liang malah semakin mempesona, indah, dan menggoda. Sebelum suasana menjadi gelap, kami segera meninggalkan Pantai Liang dangan sejuta kenangan Indah.
Air Panas Hatuasa Tulehu
Setelah puas memanjakan jiwa raga di Pantai Liang, sengaja kami tidak mandi dan membilas tubuh dengan air tawar, karena kami bertiga (Irham, Ikhsan dan Gus Army) punya rencana leboh heboh, yakni mandi di Air Panas Hatuasa Tulehu.
Perjalanan dari Pantai Liang ke Air Panas Hatuasa sekitar 10 menit dengan jalan aspal mulus. Setelah melalui perjalanan berkelok membelah hutan, maka sampailah kami dipemandian air panas Hatuasa.
Di pemandian air panas Hatuasa ini ada dua pemandian yang dikelola oleh masyarakat setempat. Sengaja kami memilih diujung yang masih tradisional. Ada juga pemandian yang sudah dikeramik.
Sekitar 2 jam kami berendam, menceburkan diri dalam hangatnya air yang keluar dari perut bumi Hatuasa. Ada sekitar ratusan orang yang juga berendam bersama kami. Saking asik dan terkenalnya pemandian ini, anda jangan heran jika ada banyak rombongan pengunjung yang datang dari Surabaya, Makassar, dan Jakarta.
Sengaja saya menjumpai penjaga pemandian bernama Rochin. Menurut penuturannya, pengunjung rata-rata biasanya bisa mencapai ribuan orang per hari. Namun karena ada pandemi Covid-19 jumlah pengunjung pun menurun menjadi sekitar 700 orang per hari. “Ya lumayan signifikan penurunan jumlah pengunjungnya mas” ujarnya.
Dipemandian Hatuasa, banyak penjual makanan/minuman. Diantara banyak pilihan, kami pun memesan hidangan indomie telor yang disuguhkan setelah mandi dan berendam dengan harga yang relatif murah, hanya Rp20.000, membuat tubuh kembali bugar.
Potong Rambut Madura
Orang Madura selalu ada di mana-mana, ungkapan itu memang benar adanya. Hal itu saya buktikan setelah mandi air panas Hatuasa. Kami singgah di Potong Rambut Madura.
Di Maluku, tukang potong rambut dikuasai oleh orang Madura. Sebagai sesama warga/suku Madura saya mencoba untuk potong rambut yang sudah cukup panjang. Ternyata antriannya banyak sekali (sekitar delapan orang). Antrean panjang adalah alat penguji, bahwa kualitas cukurannya pasti rapi dan bagus karena banyak peminat.
Dengan penuh kesabaran, akhirnya tiba giliran saya dipangkas. Sambil rambut dipotong, saya pun lakukan interview ringan. Sebut saja namanya Kak Rahmat (begitu biasa dipanggil). Pria paruh baya ini sudah 7 tahun berada di Ambon menjadi tukang potong rambut, berasal dari Pamekasan, Madura.
Menurut Kak Rahmat, ada sekitar 800 orang komunitas Madura di Ambon ini sebagai tukang cukur (potong). Mereka kompak setiap malam Jum’at berkumpul dan melakukan pengajian, yasinan dan tahlilan seperti kebiasaan/tradisi di Madura.
Setelah selesai, ternyata kak Rahmat tidak mau dibayar, tarif/harga potong rambut kak Rahmat Rp20.000 untuk semua kalangan (pria dewasa dan anak anak). Disinilah letak persaudaraan sesama orang Madura di perantauan, rasa persaudaraannya sangat tinggi.
Bagi anda yang ingin ke Ambon, jangan lupa mampir ke Potong Rambut Madura yang menjamur di sudut-sudut Kota Ambon, buktikan hasilnya. Dijamin anda akan tampil lebih tampan dan percaya diri. Selamat mencoba.
Tulehu, Maluku Tengah. 29 Desember 2020