Meninggalnya Asrudian Putra, (56), Kepala SMK 05 Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat pada Senin (13/03/2023) di RSI Ibnu Sina Padang, walau tak banyak keterangan yang diperoleh, setidaknya mengundang sebuah pertanyaan besar dikalangan para kepala sekolah didaerah ini. Sebab, lelaki yang disebut tim teng-nya BLPT Padang tahun 2006-2008 itu meninggal tiba-tiba, ketika yang bersangkutan hendak ke Kantor Dinas Pendidikan Sumbar usai mengikuti Kuisioner semacam PKKS (Penilaian Kinerja Kepala Sekolah). Sedangkan PKKS itu sendiri sudah digelar akhir tahun 2022 lalu dengan hasil memuaskan bagi Asrudian.
Kenapa? Sebagai jawaban kongkrit dari pertanyaan itu, Asrudian diduga (walau tak ada keterangan resmi) mendapat serangan jantung pasca Kuisioner yang digelar Dinas Pendidikan Sumbar yang dikoordinir Bidang SMK tersebut, sebab berdasarkan informasi yang beredar luas menyebutkan bahwa Asrudian Putra usai mengikuti kuisioner yang tim nya didatangkan dari Dinas Pendidikan Sumbar dibawah komando Bidang SMK itu, merasa tak nyaman. Sebab melalui salah seorang staf Asrudian Putra di SMK 05, kuisioner yang digelar secara tiba-tiba itu adalah sebuah upaya dari salah seorang oknum di Dinas Pendidikan Sumbar untuk mendepak Asrudian Putra dari jabatan Kepala SMK 05 Padang
Itulah sebabnya, Asrudian Putra yang akrab dipanggil Rudi itu bergegas ke Dinas Pendidikan Sumbar guna mengkonfirmasi perihal informasi yang diperolehnya. Namun, belum lagi sampai ke kantor Dinas Pendidikan Sumbar yang terletak di jalan Sudirman Padang, Asrudian mengaku pusing kepada salah seorang temannya di kawasan Ampang, dimana temaNnya itu akan diajak Asrudian untuk menemui salah seorang petinggi di kantor Dinas Pendidikan Sumbar. Walau dalam perjalanan dari SMK 05 di kawasan Belanti Padang yang berjarak sekitar 5 Km dari kantor Dinas Pendidikan Sumbar Asrudian merasa pusing, yang bersangkutan berusaha melanjutkan perjalanannya dengan mobilnya menuju rumah temannya tersebut.
Sesampainya di rumah temannya di kawasan Ampang, Asrudian yang mengeluhkan pusing kepada temanya itu dan melihat kondisi Asrudian, sang teman membawa Asrudian ke RSI Ibnu Sina Padang, sembari mengabari pihak keluarga. Tak berselang lama, Asrudian menghembuskan nafas terakhirnya di RSI Ibnu Sina, Asrudian berpulang kehadirat Allah Subhanahuwa Taalla. Tanpa dilakukan autopsi maupun laporan kepada pihak berwajib, Asrudian dibawa pihak keluarga ke rumah duka, dan Selasa (14/03/2023), Asrudian dikebumikan di pandam pekuburan keluarga di kabupaten Agam.
Mereka Bicara Asrudian Putra
Walau, maut, rezeki dan jodoh adalah kuasa allah subhanahuwa taalla, namu karena meninggalnya Asrudian Putra tergolong mendadak itu telah menjadi sebuah pertanyaan besar dikalangan pendidikan, terutama di lingkungan kepala-kepala SMK di kota Padang. Kenapa tidak, Asrudian Putra dalam keseharian dikenal pria baik dan bahkan seorang teman yang enak untuk diajak diskusi.
“Kami sering berdiskusi tentang hal-hal krusial, terutama dalam sebuah kebijakan yang mengarah kepada upaya peningkatan mutu pendidikan di kota Padang, bahkan juga hal-hal yang kami anggap krusial. Kami saling terbuka, saling berbagi informasi”, ujar Thaharuddin kepala SMK 07 Padang kepada LiraNews.com, pasca dikebumikannya Asrudian Putra melalui telepon genggamnya, Selasa malam.
“Pokoknya, dia (Asrudian Putra-red) adalah teman yang baik dan enak diajak diskusi. Saya merasa sangat kehilangan, tapi apa boleh buat”, ungkap Thaharuddin sesengukan dari balik Hp-nya.
Benarkah begitu? Ternyata pernyataan Thaharuddin itu bukan hanya isapan jempol belaka, sebab Drs. H. Dian Wijaya mantan atasan Asrudian Putra BLPT Lubuk Lintah Kota Padang tahun 2006-2008 lalu juga mengomentari ha yang sama.
Menurut Drs. H. Dian Wijaya yang sekarang sudh pensiun dan pernah menjadi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan, Asrudian adalah anak pintar. Bersama Joko Purnomo yang mantan Kabid SMK, mereka adalah pekerja-pekerja handal. Bahkan, saya menjadikan mereka berdua sebagai tim tang yang tangguh di BLPT. Sebab apapun pekerjaan yang diberikan kepada mereka, selalu selesai dengan baik”, ujar Drs. Dian Wijaya yang mengaku sangat kehilangan sosok pekerja tangguh di dunia pendidikan Sumbar.
Namun, sebut Drs. H. Dian Wijaya, ada satu sifat Asrudian Putra yang paling tidak disukainya, Asrudian Putra paling tak suka ditekan-tekan (dipaksa red) dalam bekerja. Sebab yang bersangkutan kalau ditekan-tekan suka panik dengan dalih apapun. Afdolnya, dalam bekerja, berilah Asrudian Putra dengan segudang pekerjaan yang tentunya dibekali dengan petunjuk, insya allah dapat diselesaikan dengan baik. Akan tetapi jika ditekan-tekan, maka dia mudah panik”, ujar Drs. Dian Wijaya sembari menambahkan, kematian Asrudian Putra yang terkesan mendadak diduga akibat tekanan phisikis yang begitu kuat, tuturnya.
Tapi entah dari mana, Drs. Dian Wijaya juga tak dapat mengetahuinya dengan pasti, namun saja kalau benar ada tekanan yang mengakibatkan “serangan jantung” misalnya pada Asrudian pastilah dilakukan oleh orang yang lebih berkuasa dari dirinya.
Apakah benar ada tekanan itu? Informasi iniah yang harus ditelusuri sampai keakar-akarnya guna mengungkap hal yang sebenar-benarnya. Yang jelas, dalang dibalik PPKS ulang yang dibungkus dengan Kuisioner pastilah melibatkan banyak pihak pemangku kepentingan di Dinas Pendidikan Sumbar, terutama Kabid SMK, Ariswan (Namun hal ini tentunya perlu konfirmasi lengkap).
Kalau misalnya PKKS yang menjadi acuan, Asrudian Putra mempunyai nilai yang bagus dan hasilnya sudah diberikan kepada yang bersangkutan sejak PKKS itu dinyatakan ditutup, awal tahun 2023 kemarin, ujar Andri Defrioka pengawas SMK 05 kepada LiraNews.com sore Selasa kemarin.
Menurut Andri yang akrab dipanggil Oka itu, dalam keseharian sebetulnya Asrudian Putra terbilang baik, bahkan sebagai seorang teman, Asrudian Putra bukan hanya enak diajak diskusi, akan tetapi juga mempunyai wawasan yang luas tentang dunia pendidikan di Sumbar, tutur Oka mengomentari. erisman