LiraNews, Jakarta — Melihat sebagian masyarakat yang kurang menanamkan atau memahami nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, membuat Prof, Dr, dr, James Tangkudung, Sportmed, MPd, Sandra Charlotha Leluly dan lain-lain mendirikañ organisasi Forum Komunikasi Kita PAncasila (FKKP ).
“Ada kelunturan tentang ideologi Pancasila pada generasi milenial. Jadi, Kita kembali pada tujuan kita, falsafah. Semua teman-teman di FKKP memiliki visi-misi yang sama,“ ujar James pada wartawan usai Deklarasi, Pelantikan dan Syukuran DPP FKKP disebuah hotel dibilangan Kuningan Jakarta Selatan, Jumat (6/7/2019).
FKKP, kata dia, bertujuan untuk memakmurkan rakyat sesuai yang terkandung dalam Pancasilla, dimana nilai-nilai Pancasila menurut pandangan orang-orang luar Indonesia bisa kuat dan bersatu karena Pancasila. Makanya penilaian terhadap pengamalan Pançasila tersebut perlu “diboomingkan”.
Kelima SIla itu, Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya, semua orang beragama sesuai dengan apa yang di cita-citakan bersatu oleh “founding fathers” .
Lalu Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bagaimana memanusiakan manusia tanpa melihat perbedaan. Dalam pengertian, manusia ikut menaikkan harkat dan martabat terutama menyangkut SDM dalam bidang teknologi informasi dan lain sebagainya.
Lalu Ketiga, Persatuan Indonesia, artinya karena bangsa ini terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Jangan sampai terjadi pertikaian seperti diluar negeri hanya karena perbedaan agama dan suku terjadi pertikaian. Makanya semua pihak memiliki niat baik, bagaiamana bangsa ini mempertahankan idiologi Pancasila.
Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijasanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Jadi, membicarakan kerakyatan, katanya, FKKP menyasar pada generasi milenial, yakni apa yang bisa dilakukan, berbuat bersama. Istilah ini diuraikan, seperti Industri Pancasila, bisnis Pancasila dan seterusnya, sesuai dengan perkembangan zaman.
Terakhir Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurutnya, bagaimana menciptakan keadilan, rasa adil. Contoh, harga bahan bakarminyak di Papua harus sama dengan kota-kota besar lainnya. Disamping itu adil dalam dunia pendidikan dan lain sebagainya.
Jadi, lanjutnya, itulah idiologi bangsa ini dan semuanya tahu sekarang ada perang ideologi. Dulu ada perang idiologi antara Amerika dan China. Hebatnya, Indonesia punya ideologi Pancasila dan menjadi salah satu alternatif untuk perdamaian dunia.
“Kita menawarkan Pancasila itu berlaku untuk semua. Siapa yang kuat tentang idiologi akan survive. Kita merasa terpanggil, jangan sampai negara kita hancur tergilas oleh ideologi-ideologi yang lain,” katanya.
James berpesan, terutama pada generasi muda jangan lupa dengan sejarah. Warisan sejarah bangsa ini untuk anak cucu, bagaimana saat ini Pancasila mendapat rangking karena kesaktiannya telah teruji. Bila dibanding dengan negara-negara lain terjadi perpecahanan dan perang saudara seperti di Suriah.
FKKP memperkenalkan, menawarkan kepada negara lain, tentunya harus mengikuti perkembangan zaman teknologi milineal. Bila melihat website, Pancasila itu sudah masuk ke perkembangan dunia. Hal ini menjadi daya tarik generasi milenial.
“Kalau bisa kita buat bisnis Pancasila namun mengikuti perkembangan zaman. Kita akan ke Bitcoin. Kenapa kita tidak bikin bisnis Bitcoin Pancasila,“ tambah dia.
Sebenarnya, lahirnya FKKP ini karena pihaknya mendapat panggilan. Memiliki profesi dan membaktikan diri kepada bangsa dan negara. Kata James, apalah artinya dia dan Sekjen dan pengurus lain hidup ini. Bisa saja dipanggil Maha Kuasa dan segala urusan dunia selesai.
Tapi, apa yang harus diperbuat, tujuannya untuk menjadikan bangsa ini bisa adil dan makmur. FKKP perlu mendirikan pendidikan usia dini di daerah-daerah, kemungkinan juga mendirikan universitas dan seterusnya.
Semua memerlukan internet bersama Pancasila website, bersama Pancasila punya satu template saja. Bangsa ini akan membuktikan kepada luar, bahwa Pancasila itu memiliki perkembangan dunia dalam segala hal, baik di bidang bisnis, bidang keuangan. James berlatar belakang pendidikan dan kedokteran melihat, hampir separuh mahasiswa Indonesia sudah terkontaminasi idiologi diluar Pancasila.
“Kita mau anak cucu kita adanya Pancasila ini tercapai cita-cita orang tua. Kita menjadi masyarakat sejahtera adil dan makmur,“ pungkas James.
Sementara itu Sekjen FKKP Sandra Charlotha Leluly, mengatakan, FKKP ini lahir dari semangat idiologi, yakni untuk mensejahterakan anak bangsa. Mewujudkan apa yang diinginkan oleh leluhur yang telah menumpahkan darah demi mempertahankan Indonesia.
“Pancasila yang mempersatukan bangsa ini, sehingga tujuan kita sesuai dengan marwah leluhur kita. Tidak ada lagi perbedaan SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) karena yang mempersatukan kita adalah Pancasila itu sendiri, “ujar Sandra.
Sandra juga mnyinggung peranan wanita, yakni mewujudkan persatuan para wanita, khususnya ibu-ibu dan lansia termasuk perlindungan anak. Peranan wanita itu, kata dia, terus dikedepankan, disuarakan. Wanita Indonesia harus lebih cerdas menjalankan apa yang terkandung dalam Pancasila.
“Untuk itu Forum Komunikasi Kita Pancasila betul betul semuanya harus dilandaskan dengan Pancasila. Dalam berbagai segi aspek apapun, “ungkap Sandra.
Bangsa Indonesia sudah memiliki idiologi Pancasila, lambang dasar negara Indonesia dari kecil sejak mengenal bangku sekolah. Saat ini dikenal dengan PAUD, Diakui, dulu dia di didik untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
Artinya, sejak dulu, semuanya lahir dari Pancaslai, tidak heran mereka hafal Pancasila. Apabila ada yang tidak hafal Pancasila berarti kurang memaksimalkan kembali di setiap sekolah.
Sekarang mulai dari PAUD diharuskan belajar membaca dan tenaga pendidik memaksimalkan, melatih anak-anak dari usia dini mengerti lima sila, Pancasila. Ini untuk menghindari kejadian orang tidak hafal Pancasila. Itu berarti tidak menjiwai dan tidak memahami Pancasila dalam kehidupan sehari-hari..
“ Itulah tugas saya, juga tugas organisasi dan rekan-rekan kami semua. Masyarakat sama-sama membangun dan menciptakan anak-anak bangsa untuk cinta NKRI. Bahasa Indonesia bertahan sampai detik ini karena Pancasila,“ tandas Sandra. LN-AZA.