Gelombang Demonstrasi Anti-Trump Kian Meluas, Massa Memenuhi Kota-Kota Besar di AS dan Eropa

JAKARTA, LIRANEWS.COM | Demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan Presiden Donald Trump kembali mengguncang Amerika Serikat dan beberapa kota besar di Eropa pada Sabtu, 5 April 2025.

Dengan mengusung slogan “Hands Off!”, jutaan demonstran dari berbagai latar belakang sosial dan politik turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan terhadap kebijakan kontroversial Trump, termasuk pemangkasan dana program sosial, kebijakan perdagangan yang ketat, dan dugaan penyalahgunaan wewenang di dalam pemerintahannya.

Aksi protes ini telah meluas ke lebih dari 1.400 lokasi di seluruh Amerika, menjadikannya salah satu demonstrasi terbesar dalam sejarah modern negara tersebut. Bahkan di kota-kota Eropa seperti Frankfurt, Berlin, London, dan Paris, ribuan orang bergabung dalam aksi solidaritas, menandakan bahwa dampak kebijakan Trump tidak hanya dirasakan di dalam negeri, tetapi juga merembet ke tingkat global.

Read More
banner 300250

Latar Belakang Demonstrasi

Ketidakpuasan terhadap kebijakan Presiden Trump telah memuncak dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa kebijakan utama yang menjadi pemicu kemarahan publik antara lain:

 

Pemotongan Anggaran Sosial

Pemerintahan Trump telah mengusulkan pemangkasan besar-besaran terhadap Medicare, Medicaid, dan Social Security, tiga program kesejahteraan yang menjadi andalan jutaan warga Amerika. Hal ini menimbulkan keresahan di kalangan lansia, keluarga berpenghasilan rendah, serta penyandang disabilitas yang sangat bergantung pada bantuan pemerintah.

 

Kebijakan Tarif Perdagangan yang Agresif

Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap beberapa negara mitra dagang utama seperti China, Uni Eropa, dan Meksiko. Kebijakan ini diklaim bertujuan melindungi industri dalam negeri, tetapi justru menyebabkan harga barang melonjak tajam dan memicu kekhawatiran akan perang dagang yang berkepanjangan.

 

Penyalahgunaan Wewenang dan Otoritarianisme

Para pengkritik menuduh Trump semakin menunjukkan kecenderungan otoriter dengan melakukan tekanan terhadap lembaga peradilan, membatasi kebebasan pers, dan memperketat undang-undang imigrasi.

Dukungan Kontroversial dari Elon Musk
Keterlibatan Elon Musk sebagai penasihat ekonomi Trump juga menjadi sorotan. Kebijakan terkait industri teknologi, energi, dan eksplorasi luar angkasa yang dipengaruhi oleh Musk dinilai lebih menguntungkan kalangan elit bisnis dibandingkan kepentingan masyarakat luas.

Skala dan Dampak Demonstrasi

Di Amerika Serikat:

Di Washington D.C., lebih dari 500.000 demonstran berkumpul di sekitar Gedung Putih dan National Mall, menjadikan aksi ini salah satu yang terbesar dalam sejarah ibukota.

Di New York, lebih dari 300.000 orang berbaris melalui Manhattan menuju Trump Tower, membawa spanduk bertuliskan “Democracy, Not Dictatorship” dan “Trump’s America is Not Our America.”

Los Angeles, Chicago, dan San Francisco juga menjadi pusat aksi massa dengan kehadiran ratusan ribu demonstran yang membawa pesan penolakan terhadap kebijakan Trump.

Di Eropa:

Di Berlin, ribuan orang berkumpul di Gerbang Brandenburg dalam solidaritas terhadap demonstran di AS. Mereka menentang kebijakan ekonomi Trump yang berdampak buruk pada hubungan dagang antara AS dan Eropa.

Di London, aksi protes diadakan di depan Kedutaan Besar AS, dengan para demonstran meneriakkan “Stop Trump’s Trade War.”

Di Paris dan Frankfurt, unjuk rasa besar juga berlangsung, menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap kebijakan Trump telah meluas secara global.

Partisipasi Berbagai Kalangan

Salah satu hal yang menarik dalam gelombang demonstrasi kali ini adalah partisipasi lintas generasi dan kelompok sosial yang sangat beragam:

 

Generasi Baby Boomer

Banyak peserta yang berasal dari generasi baby boomer, yang biasanya tidak terlalu aktif dalam demonstrasi politik. Mereka turun ke jalan karena merasa kebijakan pemotongan anggaran sosial Trump akan mengancam jaminan pensiun dan kesehatan mereka.

 

Kaum Muda dan Mahasiswa

Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas besar ikut serta dalam aksi ini, menuntut kebijakan yang lebih inklusif dan keberlanjutan ekonomi yang lebih baik.

 

Tokoh Publik dan Selebritas

Sejumlah selebritas dan figur publik seperti aktor Hollywood, musisi, serta aktivis hak asasi manusia turut hadir dalam aksi ini. Mereka menggunakan platform media sosial mereka untuk menggalang dukungan lebih luas terhadap gerakan ini.

Respons Pemerintah dan Prospek Politik

Hingga saat ini, Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi atas demonstrasi besar-besaran ini. Namun, beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat telah menyuarakan dukungan terhadap demonstran dan berjanji akan mengupayakan kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat dalam Kongres.

Di sisi lain, beberapa pendukung Trump menganggap demonstrasi ini sebagai gerakan politis yang dimobilisasi oleh pihak oposisi untuk melemahkan presiden menjelang pemilihan paruh waktu 2026. Mereka menilai kebijakan Trump justru membawa manfaat bagi perekonomian AS dengan meningkatkan investasi domestik dan menciptakan lapangan kerja baru.

Namun, dengan semakin meluasnya ketidakpuasan publik, para analis politik memperkirakan bahwa gelombang demonstrasi ini bisa menjadi titik balik dalam pemerintahan Trump dan mempengaruhi dinamika politik menjelang pemilu mendatang.

Demonstrasi “Hands Off!” bukan sekadar aksi protes biasa, tetapi cerminan dari keresahan yang mendalam terhadap arah kebijakan pemerintahan Trump. Dengan partisipasi jutaan orang di berbagai kota di Amerika dan Eropa, aksi ini menunjukkan bahwa kebijakan Trump telah menimbulkan dampak luas yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kini, pertanyaannya adalah: akankah Trump dan timnya mendengarkan suara rakyat, atau justru semakin memperketat kebijakan mereka? Yang jelas, perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat ini tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

banner 300250

Related posts

banner 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *