Geprindo: Meikarta Bentuk Arogansi Para Pengembang Wni Keturunan

Jakarta, LiraNews.com -Presiden Gerakan Pribumi Indonesia (Geprindo), Bastian Simanjuntak, mengatakan, Meikarta muncul di saat perhatian masyarakat atas proyek reklamasi ditolak oleh banyak aktifis, dikarenakan permasalahan amdal yang merusak biota laut, hilangnya pencaharian nelayan, dan ancaman banjir di Jakarta. Bahkan, atas beredarnya iklan Agung Podomoro yang berbahasa Cina, yang dikhawatirkan oleh masyarakat luas akan hegemoni Cina. Selain itu, reklamasi dan Meikarta diduga bagian misi dari grand design hegemoni China di Indonesia.

Bastian Simanjuntak juga menerangkan bahwa reklamasi dan Meikarta adalah bentuk arogansi para pengembang WNI keturunan yang menganggap enteng masalah perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.

“Mungkin karena kedekatan para pengembang dengan pemerintah pusat, bahkan dengan Presiden sekalipun. Jadi pada prinsipnya permasalahan reklamasi demi kata kurang lebih sama yaitu permasalahan AMDAL,” ujar Presiden Geprindo, Bastian Simanjuntak, pada Senin (12/9/2017).

Kemudian, lanjut Basian, Meikarta hadir di saat kondisi pribumi indonesia tidak mampu membeli hunian karena harga hunian yang begitu mahal. Harga hunian tidak terjangkau oleh pribumi yang mayoritasnya pekerja.

“Pada akhirnya timbul pertanyaan dalam benak kita, siapa yang akan membeli properti di Meikarta? Jangan sampai yang beli orangnya itu-itu saja, yaitu orang-orang kaya yang memiliki banyak properti untuk investasi atau bahkan asing. Tujuan pembangunan hunian sudah melenceng dari tujuan awal, yaitu untuk dibeli oleh masyarakat sebagai tempat tinggal. Saat ini proyek pembangunan hunian sudah terlalu digoreng-goreng oleh para pengembang untuk mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya,” ujarnya.

Bastian juga menjelaskan bahwa penolakan Meikarta oleh berbagai kalangan karena munculnya Reklamasi dan Meikarta dalam waktu yang berdekatan. Hal itu dianggap sebagai ancaman bagi pribumi, terlebih lagi para taipan, pemilik properti tersebut adalah WNI keturunan yang sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka sangat dekat dengan kekuasaan. Ketimpangan ekonomi antara WNI keturungan dengan pribumi, menurutnya harus kita waspadai sebagai ancaman kedaulatan bagi bangsa Indonesia.

“Bukannya saya berpandangan rasis, namun cita-cita founding fathers yang menginginkan bangsa Indonesia merdeka dan tidak bergantung terhadap bangsa lain tentunya harus kita teruskan. Pribumi harus jadi tuan di negeri sendiri, pemerintah harus memberikan dukungan penuh kepada pribumi untuk melakukan karya-karya yang besar yang mengalahkan bangsa-bangsa lain. Kebanggaan kita sebagai bangsa yang merdeka harus dijadikan stimulasi pembangunan Indonesia ke depan. Kita tidak mau dicap sebagai bangsa yang pemalas, bangsa yang tidak bisa membangun negaranya sendiri, dan harus bergantung kepada bangsa lain yaitu WNI keturunan. Kemudian, pembangunan memang perlu, namun yang terutamanya harus dari pribumi, oleh pribumi, untuk pribumi. Reklamasi dan Meikarta bukan karya pribumi, melainkan karya WNI keturunan yang memiliki akses yang luas di Internasional. Kita juga mampu melakukan hal yang sama, asalkan pemerintah mendukung bangkitnya ekonomi pribumi di Indonesia. Pengusaha pribumi bangkit, pekerjanya juga bangkit. Sehingga cita-cita proklamasi menuju masyarakat adil dan makmur bisa tercapai,” tutupnya. LN-AZA

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *