Gerakan Nurani Kebangsaan Apresiasi Ketegasan Polri Menembak Mati Teroris MIT Poso

Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid

Jakarta, LiraNews – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur bin Ali Mahdi Al-Hamid sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Satgas Tinombala maupun Satgas Madago Raya Polri, yang dengan sigap dan tegas menembak mati teroris Mujahid Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah.

Habib Syakur mengatakan, sosok yang ditembak oleh aparat polisi Satgas Tinombala ataupun Satgas Madago Raya itu adalah guru dari teroris.

Read More
banner 300250

“Teroris yang ditembak hingga mati itu bukan sekedar guru agama dan guru ngaji, tapi guru yang mengajarkan bagaimana caranya berjihad dan memberontak terhadap NKRI,” jelas Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Sabtu (30/4/2022).

Habib Syakur juga mengatakan wilayah Poso memang sudah menjadi bagian dari jaringan teroris ISIS, bahkan sudah masuk dalam peta jaringan teroris internasional ISIS.

“Poso dijadikan basis Qaidah Amanah ISIS yang sudah dibangun sejak 2001,” jelas Habib Syakur.

Karena itulah, Habib Syakur menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Satgas Tinombala ataupun Satgas Madago Raya. Bergerak tanpa kenal waktu untuk menumpas MIT Poso.

Habib Syakur menyebut dalam mengatasi teroris MIT Poso memang perlu pendekatan budaya, karena budaya lokal di Sulawesi Tengah sangat bagus dipakai untuk mengembalikan kesadaran para teroris agar mereka bertaubat.

Lantas, kenapa Satgas terkesan lambat dalam mengatasi teroris MIT Poso? Kata Habib Syakur tidak lain karena masyarakat di wilayah Sulteng sudah banyak terpapar dan permisif terhadap paham radikalisme ISIS.

“Bahkan waktu teroris Santoso wafat, di sana dibilang sahid. Banyak yang mengantar jenazahnya saat dimakamkan. Jadi sudah luas,” lanjutnya.

Gerakan-gerakan ataupun program deradikalisasi, kata Habib Syakur harus terus diperkuat untuk melawan aliran Wahabi – Salafi apalagi Ibnu Taimiah yang mengajarkan ekstremisme. Dimana gerakan mereka mengerucut pada pemberontakan.

“Mereka memakai pendekatan psikomatis, dan bagi mereka tidak ada keadilan di bumi Indonesia sehingga harus diberontak,” ucapnya.

Bagi aliran Wahabi-Salafi Ibnu Taimiah, lanjut Habis Syakur, keadilan adalah menyongsong turunnya Imam Mahdi. Bagi mereka hanya satu, yakni perlawanan terhadap siapa pun yang tak sepaham dengan mereka.

“Teroris MIT Poso ini berharap yang tak sealiran dengan mereka ditembak dan dibunuh. Maka berkembang teroris seperti di Sulteng. Utamanya di wilayah antara Palu sampai Parigi Mutong,” lanjut Habib Syakur.

Kedepannya, Habib Syakur menilai perlu diberikan pembinaan khusus terkait program deradikalisasi agar tak ada lagi yang terpengaruh oleh radikalisme ini. Semua harus kembali bahwa cinta tanah air bangsa sebagian dari iman.

“Kalau ada yang ingin merongrong NKRI dengan kedok agama, jihad, dan sebagainya maka harus ditindak tegas. Tak perlu mengedepankan HAM lagi. Sebab mereka para teroris itu sadis dan biadab. Itu kenyataannya,” papar Habib Syakur.

Seperti diketahui, pada Rabu, 27 April 2022 lalu Satgas Madago Raya menangkap satu DPO anggota kelompok terorisme Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Dusun Salubanga, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengungkapkan, dalam peristiwa itu, Satgas Madago Raya melakukan tindakan tegas terukur terhadap DPO Askar alias Jaid alias Pak Guru.

“Betul Satgas Madago Raya mengamankan salah satu DPO MIT,” kata Dedi.

Dedi menjelaskan, sebelum melakukan tindakan tegas terukur terhadap DPO tersebut, personel Satgas Madago Raya telah meminta kepada yang bersangkutan untuk menyerahkan diri.

Namun, kata Dedi, DPO MIT itu tidak menghiraukan imbauan dari Satgas Madago Raya melainkan melakukan perlawanan yang membahayakan keselamatan petugas

“DPO teroris tersebut melakukan tindakan melemparkan body vest berwarna loreng ke anggota pos sekat yang diduga BOM. Akhirnya, anggota melakukan tindakan tegas kepolisian terhadap DPO Teroris sehingga DPO teroris meninggal dunia,” ujar Dedi.

Diketahui, Satgas Madago Raya terus melakukan pengejaran terhadap tiga sisa anggota dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur tersebut.

Ketiganya telah masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Mereka adalah, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, dan Suhardin alias Hasan Pranata.

Related posts