Guspardi Ingatkan Nilai Pancasila Harus Jadi Jatidiri Masyarakat Indonesia

Jakarta, LiraNews – Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus menegaskan, Pancasila sebagai ideologi bangsa sudah final dan lahir dari nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat Indonesia.

Guspardi menegaskan, nilai-nilai yang terkandung dalam sila pancasila harus menjadi jati diri dan karakter bangsa Indonesia.

Read More
banner 300250

“Pancasila merupakan kumpulan norma dan nilai yang dijadikan karakter sebagai pandangan dan pedoman hidup masyarakat Indonesia,” ujar Guspardi dihadapan peserta sosialisasi Pancasila dengan tema “Gotong Royong Membumikan Pancasila” hasil kolaborasi BPIP dengan Komisi II DPR RI yang diadakan di aula kantor Wali Nagari Ladang Laweh, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Rabu (12/10/2022).

Lebih spesifik lagi, terang Guspardi, Pancasila bukan hanya sekedar ideologi bagi rakyat Indonesia, tapi juga budaya, falsafah hidup, dan dasar negara yang harus tertanam dalam jiwa dan semangat masyarakat Indonesia.

“Jadi, saat membicarakan pancasila jangan hanya sekedar retorika, namun harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” politisi PAN ini.

Legislator asal Sumbar 2 itu, menuturkan, bagi masyarakat Minang nilai-nilai Pancasila tidak perlu diragukan lagi.

“Para tokoh bangsa yang berasal dari minangkabau mulai dari M Hatta, Syahrir, M Yamin dan Agus Salim adalah bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran Pancasila di bumi nusantara ini. Penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima sila Pancasila juga sudah diejawantahkan oleh masyarakat minang dalam kehidupan sehari-hari sejak dulu kala,” papar Guspardi.

Guspardi menjabarkan sila demi sila Pancasila sebagai berikut: Sila pertama yaitu ketuhanan yang Maha Esa, bagi orang Minang adalah merupakan karakter atau jati diri bahkan menjadi filosofi dalam hidup dan kehidupannya yang terpatri dalam falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”.

“Sila kedua bagi orang Minang hidup dengan semangat keadilan sebagaimana dalam pepatahnya “Barek samo di pikua ringan samo di jinjiang,” ungkap Guspardi.

Sila ketiga, lanjut Guspardi, Persatuan Indonesia, di mana Sumatera Barat suasana sangat damai dan tentram.

“Pendatang diterima dengan baik dan tidak pernah ada persekusi terhadap pendatang, apapun suku, agama, atau rasnya,” tegas Guspardi.

Sementara, sambung Guspardi, Sila keempat di mana sifat ini sudah berurat berakar dalam diri orang Minang.

“Bermusyawarah untuk mencapai mufakat sudah diterapkan dari jaman nenek moyang orang Minang,” jelas Guspardi.

Sila kelima, tambah Guspardi, prinsip keadilan sosial ini sudah turun temurun dipraktekkan orang Minang dengan berpegang pada prinsip “Mandapek sama balabo, kahilangan samo marugi, maukua samo panjang, manimbang samo barek.

Oleh karena itu, ingat Guspardi, Pancasila harus senantiasa digelorakan dengan konsisten dan berkesinambungan sebagai laku hidup sehari-hari bangsa ini. Harus selaras perkataan dengan perbuatan.

“Artinya, pancasila itu tidak cukup hanya dengan diucapkan saja , tapi mesti diterapkan dalam sendi- sendi kehidupan sehari-hari,” pungkas Anggota Baleg DPR RI itu. LN-RON

Related posts