JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid sangat menyesalkan sikap DPR dan ormas-ormas keagamaan yang menolak usulan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) agar rumah ibadah diawasi oleh Pemerintah.
Menurut Habib Syakur, DPR dan ormas yang menolak itu tidak memahami inti persoalan dan hanya melihat dari satu sisi saja secara berlebihan.
“Orang-orang itu membaca usulan BNPT secara kacamata kuda. Tak memahami dulu apa maksudnya. Saya pesan, DPR dan ormas-ormas tolong pahami persoalan dengan baik. Jangan kacamata kuda,” kata Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Habib Syakur menjelaskan, Rumah Ibadah adalah tepat bagi masyarakat untuk melaksanakan aktivitas beribadah yang dijamin dalam Undang-Undang. Namun ketika ada yang menyalahgunakan rumah ibadah untuk tujuan politik kekuasaan, atau untuk menyebarkan ajaran sesat Khilafah, intoleransi dan terorisme maka semua tak bisa mengontrolnya.
“Ini fakta yang tidak banyak orang paham, bahwa tempat ibadah sekarang banyak yang dipakai oleh oknum-oknum menyebarkan ekstremisme beragama dan teror memecah belah bangsa. Menyebut negara thogut, bahkan menyebar teror dan kebencian. Lha kalau tak diantisipasi. Kan bahaya,” tandas Habib Syakur.
Ia pun menilai seharusnya DPR dan ormas-ormas itu berterimakasih kepada BNPT yang begitu cekatan melakukan antisipasi terhadap potensi perpecahan.
“BNPT menurut saya layak diberikan ucapan terimakasih. BNPT mencegah agar rumah ibadah jangan dijadikan tempat perang saudara,” lanjutnya.
Terlebih di musim Pemilu, Habib Syakur menyebut kelompok khilafah, ekstremisme beragama, dan kaum anti-Pancasila masuk ke tengah-tengah masyarakat secara halus dan leluasa melalui tempat ibadah.
Persatuan dan kerukunan bangsa Indonesia, lanjut Habib Syakur, hendak diobok-obok dengan mengajarkan kebencian pada sesama dan itu dilakukan dengan menyalahgunakan rumah ibadah.
“Orang berpikiran sempit saja yg ang menolak usulan BNPT. Masak pemerintah sampai mengontrol sampai bagian kerja rumah ibadah. Kan tidak. Paling kalau ada yang mengadudomba dan menyesatkan maka itu yang dihentikan. Kalau aktivitas ibadah yang wajar ya tak ada masalah,” tegasnya.
Terkait anggapan bahwa pemerintah Islamofobia, Habib Syakur menilai anggapan itu yang sangat tidak masuk akal. Sebab Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, dan tak masuk akal terjadi islamofobia.
“Indonesia ini negara yang sangat Islami. Penduduk Islam terbesar di dunia ya di Indonesia. Lha kok dibilang islamofobia. Aneh-aneh saja ini,” sergah Habib Syakur.