JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid mengingatkan bahwa Indonesia sebagai negara besar yang penuh keberagaman harus dijaga kokoh, dan jangan mau dipecah-belah oleh kalangan penikmat politisasi identitas dan khilafah.
Habib Syakur pun menyontohkan, ketika ada anak bangsa, pengusaha nasional seperti Tomy Winata yang berdedikasi memajukan Pulau Rempang, kemudian malah dihujat oleh kelompok penikmat politisasi identitas yang diduga dibackup oleh pengasong khilafah.
“Ada sosok seperti Tomy Winata yang tulus ikhlas mensejahterakan rakyat, dan jiwa raganya didedikasikan untuk bangsa tapi tak diberikan penghargaan. Sedangkan di sisi lain ada para pecundang yang menempatkan diri sebagai lawan pemerintah dengan dalih propaganda yang sesat, kok malah diikuti dan didukung. Ini aneh,” kata Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Kamis (28/9/2023).
Habib Syakur menyebut para penghujat dan kelompok yang menyudutkan anak bangsa pengusaha nasional Indonesia, adalah para penikmat politisasi identitas dan tak rela Indonesia maju.
“Mereka itu para pengasong khilafah. Ini kelompok yang ingin mengganti Pancasila. Menghasut seakan-akan negara tidak baik dan menyengsarakan rakyat, mereka buat narasi seolah-olah pemerintah menjual hasil bumi untuk kepentingan oligarki. Padahal selama ini tidak jelas siapa yang dikatakan oligarki siapa?” tukas Habib Syakur.
Habib Syakur pun heran, kenapa giliran ada pengusaha nasional seperti Tomy Winata yang dedikasi dan nuraninya untuk bangsa, serta berpikir total untuk rakyat, kenapa kok ada yang menghujat dengan caci maki.
“Di Indonesia ini semua suku bangsa dan bahasa, semua berdiri sama rasa, sama rata, sama tinggi. Lalu kenapa negara kok tidak berdaya menghadapi kelompok khilafah pemecah belah anak bangsa?” ungkap Habib Syakur.
Ia juga mempertanyakan kenapa pemerintah terkesan membiarkan kelompok khilafah ini menyudutkan bahkan menyerang pemerintah dengan embel-embel slogan yang rasis.
Berkembangnya sikap kebencian dan narasi-narasi adu domba tersebut, lanjut Habib Syakur, tidak lain karena keteledoran pemerintah membiarkannya terus berkembang dengan dalih kebebasan berpendapat.
“Saya meminta kepada seluruh rakyat Indonesia dan seluruh warga Rempang agar berpikir jernih. Jangan hanya protes terhadap Rempang Eco City akibat terpengaruh Kelompok Khilafah ini, walaupun dalihnya bersama NGO dan LSM atas nama HAM lingkungan hidup. Padahal mereka berdiri bersama kelompok kepentingan yang salah,” lanjut Habib Syakur.
“Sekarang kalau kita bicara HAM, pemerintah lebih memikirkan hak asasi manusia dari setiap rakyat terutama warga Rempang. Artinya pemerintah sebelum menentukan proyek strategis sudah mengkaji secara mendalam dari berbagai aspek. Tapi belakangan masuk kelompok penghasut yang memaksa warga berkelahi. Rakyat dipaksa menelan mentah-mentah fitnah kejam itu kepada negara sendiri,” jelas Habib Syakur.
“Karena banyak pelaku-pelaku penikmat politisasi identitas memainkan perannya untuk memporak-porandakan Indonesia. Kebebasan berpendapat itu mutlak bagi setiap anak bangsa, tapi selama ini kok malah tidak memegang etika keindonesiaan ya,” imbuh Habib Syakur.
Di akhir penjelasannya, Habib Syakur menyampaikan rasa salut dan bangga terhadap para pengusaha nasional yang tetap berjuang untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh anak bangsa Indoensia. Siapa pun dia itu anak bangsa.
“Terimakasih buat Bapak Tomy Winata yang sudah memikirkan Indonesia. Yang sudah memikirkan rakyat Indonesia,” jelas Habib Syakur.