Padang, LiraNews—Asrudian (56), Kepala SMK 05 Padang akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah sempat dirawat beberapa jam di RSI Ibnu Sina Padang, Senin (13/03/2023).
Meninggalnya Asrudin yang akrab dipanggil Rudi itu tentu saja mengundang banyak spekulasi, sebab yang bersangkutan baru saja melewati sebuah acara baru yang dibuat oleh Kabid SMK Dinas Pendidikan Sumbar, yaitu Kuisioner yang setara dengan PKKS (Penilaian Kinerja Kepala Sekolah), yang sesuai aturan selalu dilakukan akhir tahun, dan hal itu sudah dilewati Rudi dengan nilai 92.
Namun, apakah memang kuisioner tersebut yang memicu meninggalnya Asrudin, belum diketahui dengan pasti. Sebab yang bisa menentukan disamping hasil penyelidikan aparat berwajib tentu saja harus diperkuat hasil visum et revertum, akan tetapi ketika yang bersangkutan meninggal dua hal itu tidak ada, baik aduan kepada pihak berwajib untuk penelidikan lebih lanjut maupun visum et revertum.
Akan tetapi sesuai informasi yang beredar menyebutkan bahwa, Rudi meninggal dunia setelah mendapat informasi bahwa, kuisioner yang diberikan kepadanya adalah setara dengan PKKS yang sudah disetting sedemikian rupa dengan menunjuk beberapa orang pengawas dan tidak melibat Komite Sekolah, termasuk Pengawas untuk SMK 05 Padang Andri Devioka, padahal berdasarkan aturan yang berlaku, jika kuisioner yang diberikan kepada Asrudin benar setara dengan PKKS, Dinas Pendidikan harus melibat pengawas sekolah yang bersangkutan.
Kronologis
Sesuai informasi yang beredar dan dari pengakuan Andri Devioka sebagai pengawas di SMK 05 Padang, hari Senin itu usai pembukaan UAS (Ujian Akhir Semester), Andri Devioka mengaku memang melihat beberapa orang pengawas di ruang Kepala Sekolah, walaupun kenal mereka, Andri mengaku tak banyak berkomunikasi, sebab dirinya tak dilibatkan dalam tim yang dikirim dari Dinas Pendidikan Sumbar itu. Karena memang tidak diajak ikut serta, Andri usai membuka acara UAS tersebut, langsung menuju sekolah lain untuk melakukan pantauan dan monitoring pelaksanaan ujian, “saya tidak terlalu peduli dengan kehadiran para pegawas itu, sebab memang tidak dilibatkan”, ujar Andri sembari menambahkan bahwa, untuk PKKS sudah keluar hasilnya dan sudah diserahkan kepada yang bersangkutan, namun apakah acara Kuisioner ini ssama dengan PKKS, saya tak tahu pasti. Sebab, kalau sama maka waktunya sudah tidak tepat”, tukas Adri lagi.
Sementara berdasar informasi yang beredar, namun belum diperoleh konfirmasi valid menyebutkan bahwa, acara kuisioner yang setara dengan PKKS tersebut, adalah sebuah kegiatan akal-akalan yang digelar oleh Kabid SMK Dinas Pendidikan Sumbar, Ariswan yang bertujuan untuk mendepak kepala sekolah untuk diganti dengan kepala sekolah lainnya.
Ada tiga kepala SMK yang yang dibidik untuk diganti dengan pola kuisioner tersebut, yaitu Kepala SMK 05 Padang Asrudian, Kepala SMK 07 Padang Thaharuddin, dan Kepala SMK PP Soehadi.
Kepala SMK 07, Thaharuddin yang disebut-sebut juga dibidik untuk dikuisioner ini menjawab pertanyaan LiraNews.com, mengaku belum dapat informasi pasti, akan tetapi informasi segelintir, Thaharuddin mengaku sudah mendengarnya, tapi belum terlaksana. Sedangkan Soehadi Kepala SMK PP yang juga dibidik, ketika dihubungi lewat HP-nya yang bersangkutan tak merespon sama sekali.
Akan halnya, sesuai informasi yang berkembang, usai pelaksanaan KPPS yang dibungkus dengan Kuisioner ini, Asrudian kepala SMK 05 melalui salah seorang guru mendapat informasi bahwa, acara kuisioner tersebut dalam rangka mengganti dirinya.
Mendapat informasi itu, Asrudian langsung berangkat ke Dinas Pendidikan Sumbar di jalan Sudirman Padang. untuk ke kantor Dinas Pendidikan itu, sesuai informasi, Asrudian hendak menjemput temannya di Ampang, akan tetapi menjelang ke tempat temannya, Asrudian sudah merasa pusing, akan tetapi tetap diteruskannya menjemput temannya itu.
Sesampainya di rumah temannya, melihat kondisi Asrudian yang pusing dan sudah pucat, temannya tersebut justru membatalkan ke kantor Dinas Pendidikan dan selanjutnya membawa Asrudian ke RSI Ibnu Sina sembari memberi tahu keluargnya. Tak berselang lama di RSI Ibnu Sina, Asrudian menghembus nafasnya terakhir.
Lantas apakah memang kuisioner yang tidak ada dalam agenda Dinas Pendidikan Sumbar yang menjadi pemicu Asrudian meninggal dunia? Belum diperoleh informasi lengkap, sebab hal ini tentu saja membutuhkan penyelidikan dan penyidikan yang menyeluruh, bahkan bisa-bisa visum et revertum. LN.man/eko