Gresik,Liranews – Punden Mbah Besi dan Mbah Wali yang terletak di sudut Utara Desa Ganggang Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik, konon ceritanya menyimpan sejarah yang menarik.
Kata Punden sendiri berasal dari bahasa Jawa, yang memiliki arti secara umum yaitu tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat desa.
Adanya Punden Mbah Wali dan Mbah besi sampai saat ini masih dijaga dan dirawat oleh komunitas anak muda Desa Ganggang, untuk digunakan sebagai kegiatan nguri-uri kebudayaan Jawa seperti Nyadranan, Sedekah Desa dan kearifan lokal lainnya.
Pemerhati Leluhur Desa Ganggang Komunitas Sedulur Lor Omah (SLO) menganggap bahwa keberadaan Punden tersebut harus dilestarikan dan dijaga kesakralannya karena sebagai bentuk menghargai leluhur yang dulu menjadi cikal bakal adanya Desa tersebut.
Nur Hasan yang didapuk sebagai ketua SLO didampingi Abdul Aziz saat dijumpai Liranews dikediamannya, Mengatakan bahwa Disekeliling Punden atau makam ini secara alami juga tumbuh beberapa pohon keramat
Disitu juga ditemukan semacam Besi berbentuk balok sepanjang satu meter, yang letaknya disekitar makam,
Konon ceritanya Merupakan peninggalan mbah Besi yang dianggap memiliki kodam atau semacam kodam penunggu dibenda sakral tersebut
Keberadaan kedua Punden Atau Makam Tersebut menurut cerita turun temurun dari nenek moyang kita disitulah awalnya munculnya Desa Ganggang atau cikal bakaklny yang babat alas Desa yang dibawah Mbah Besi dan Mbah Wali
Beliau nerupakann sepasang suami istri mempunyai tiga kasta atau keturunan anak yang bersemedi di tempat tersebut.
Ketiga anak itu bernama truno, dermo dan biyan, ada satu yang tidak akur (rukun) yang bernama biyan,
Kedua putra lainnya, Truno dan Dermo kala iti berkelana memperdalam ilmu, yang ditugasi menjaga dan melundungi warga
Sementara biyan anak perempuan satu satunya yang dianggap berani dengan orang tua dan sama saudaranya
Berani yang dimaksud disini tutur katanya berani melawan perintah orang tua dan perbuatannya
Seiring berjalannya waktu Biyan bermaksud ingin menebus kesalahan yang dilakukan, bahkan ia ingin disabda oleh orang tuanya senderi menjadi kuda putih,
Hal ini dilakukan biyan sebagai bentuk konsekwensi untuk menebus kesalahannya
Terhadap orang tuanya yakni mbah besi dan mbah Wali
Pada waktu itu, atas permintaan sendiri, Biyan disabdo atau dijadikan bebentuk wujud kuda putih, untuk tunggangan mbah Wali (Ibu dari Biyan)
Seiring perjalan sejarah, Desa ganggang pernah terjadi banjir bandang, sekitar tahun 1994, uniknya banyak kerikil bercampur lumpur
Tak lama kemudian banjir surut dan membentulk tiga kubangan yang sekarangan dinamai telaga tiga
Pada masa itu, Nur Hasan juga menceritakan, bahwa adanya makam tersebut sempat terjadi pro dan kontra
Pewaris garis keturunan ketujuh dari Mbah Besi dan Mbah Wali bersikukuh menjaga dan merawat keberadaan makam atau punden tersebut bersama sedolor.lor omah atau lebih dikenal sebutan SLO
Meski niat baiknya melestarikan budaya atau urik urik budaya jawa ini, ada sedikit pro dan kontra, namun pihaknya tetap melestarikan dan.menjaganya hingga sekarang.
Menurutnya sudah berjalan tahun kelima ini, tradisi melestarikan budaya leluhur tiap tahun dilaksanakan dimakam Mbah Besi dan Mbah Wali
Dia berharap kepada warga masyarakat sadar, bahwa siapa lagi kalau bukan kita yang menjaga dan.melestarikan budaya
Hal ini dilakukan, Untuk menghormati para leluhur desa,. pihaknya bersama komunitas SLO menggelar khaulnya tiap setahun sekali dengan acara berupa pengajian diseitar makam, pungkas Nur Hasan, LN- Zaq/Hari