Jakarta, LiraNews.com – Aktivis dan seniman asal Jakarta, Marlin Dinamikanto mempersembahkan tiga buah puisi yang berisi kritik sosial politik. Menjadi gizi bagi pikiran yang ketong gagasan.
DARURAT HIPOKRISI 1
Tuhan memotret dari langit
semua cinta yang tegak di muka bumi.
pilar-pilarnya sudah berantakan
tergerus kegilaan yang menyala
dari hati komplotan serigala
Semakin sedikit kata-kata
bisa digenggam ke dalam hati.
seperti halnya spanduk dan poster
gigit sepi di keramaian
di detak jantung kepalsuan
Saat hipokrisi memuncak bergejolak,
bandit berkomplot kawanan lebah
dibayar untuk tepuk tangan
semacam onani pikiran
Tuprok , 31 Oktober 2024
DARURAT HIPOKRISI 2
Dunia tidak ringkih
tak pernah letih memanggul duka
semesta yang bergelut kabut
kemiskinan yang riang bergelombang
di sana.
Seorang ibu gigih menekuni
sampah-sampah plastik berserak
terbang di jalanan hinggap di kaca-kaca
mobil yang bergegas terhenti
saling tabrak dan memaki, satunya lagi
todongkan pistol viral ke jagat maya.
Keadilan seperti buih menguap di angkasa. Diterkam hipokrisi yang terekam kamera.
Semua serba seolah-olah ditindaklanjuti. Sudah itu ditinggal pergi
Kedai Tempo, 8 November 2024
DARURAT HIPOKRISI 3
Di meja-meja para pengambil keputusan
yang sesungguhnya sudah putus
sebelum hari ha pencoblosan.
Terlihat tumpeng kemenangan
sibuk dibagi-bagi. Ada yang protes
bagiannya diambil teman
yang sesungguhnya musuh satu kandang.
Ribuan kucing yang mengeong
ada yang berkostum anjing pudel
kecil tapi galak.
Dapat bagian empuk
itu yang diprotes kucing garong,
tapi akhirnya si pengambil keputusan
memberinya bagian yang kurang empuk.
Yapi masih lebih bagus daripada di luar
menahan dingin dan lapar
Kedai Tempo, 8 November 2024