Menko PM Targetkan 2026 Indonesia Bebas Kemiskinan Ekstrem

Jakarta, LiraNews – Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Abdul Muhaimin Iskandar menargetkan akhir tahun 2026 sudah tidak ada lagi kemiskinan ekstrem di Indonesia.

Gus Muhaimin mengungkapkan, berbagai strategi telah disiapkan oleh pemerintah, mulai dari integrasi data hingga program-program pemberdayaan.

“Tren kemiskinan ekstrem selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pemerintah menargetkan akhir Desember 2026 sudah tidak ada lagi kemiskinan ekstrem di negeri ini,” kata Cak Imin, sapaan akrab Abdul Muhaimin Iskandar, Rabu (19/2/2025).

Langkah pertama yang dilakukan yakni membenahi data kemiskinan. Kemenko PM menjadi pelopor percepatan integrasi data kemiskinan ke dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

Gus Muhaimin mengatakan, seluruh program pemerintah nantinya akan mengacu pada data tersebut.

“Melalui DTSEN, program pemerintah akan tepat sasaran dan pengentasan kemiskinan bisa berjalan lebih cepat,” tegas Gus Muhaimin.

Ketua Umum DPP PKB itu menambahkan, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara serius. Saat ini angka kemiskinan sebanyak 8,57 persen.

“Di akhir periode 2029 nanti bisa ditekan menjadi 4,5-5 persen,” imbuh Gus Muhaimin.

Ada beberapa strategi yang sedang dirancang oleh Kemenko PM.

Pertama, ungkap Gus Muhaimin, skema graduasi kemiskinan. Pemerintah memetakan masyarakat miskin ke dalam empat klaster, yakni miskin eksrem, miskin, rentan miskin dan siap graduasi.

Bagi kelompok miskin ekstrem, pemerintah akan melakukan pemberian bantuan sosial (bansos) lengkap dan pendampingan kelompok untuk pembentukan pola piker. Untuk yang miskin dan rentan miskin, nantinya akan mendapatkan bansos terbatas dan pendampingan usaha.

“Bagi yang sudah siap graduasi akan dikelompokkan dalam peer support group untuk mentoring bisnis jangka panjang,” jelas Gus Muhaimin.

Kedua, sebut Gus Muhaimin, strategi pemberdayaan melalui pengembangan masyarakat.

“Ketiga, strategi pemberdayaan melalui optimalisasi pembiayaan usaha. Keempat, strategi pemberdayaan melalui ekosistem program makan bergizi gratis (MBG). Kelima, strategi pemberdayaan melalui sekolah rakyat,” urai Gus Muhaimin.

Gus Muhaimin menambahkan, kebijakan pemberdayaan masyarakat memerlukan intervensi yang berkesinambungan sejak di fase miskin ekstrem hingga berdaya.

“Agar kebijakan pemberdayaan masyarakat efektif, perlu memperhatikan lokus intervensi (daerah prioritas penanganan kemiskinan) dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, termasuk sektor publik, korporasi, dan perguruan tinggi,” pungkas Gus Muhaimin.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *