Jakarta, LiraNews — Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto diagendakan hadir dalam Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 8-11 Agustus 2019 di Bali. Kehadirannya akan didampingi langsung oleh dua orang petinggi partai berlambang kepala garuda itu.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana) Samuel F Silaen menduga, kehadiran Prabowo bagian dari romantisme masa lalu yang tertunda kalau dalam istilah anak muda zaman now CLBK (Cinta Lama Belum Kelar). “Ini mengingatkan kita akan kesepakatan batu tulis yang tertunda. Perjanjian Batu Tulis ditandatangani Megawati Soekarnoputri dan Prabowo pada 16 Mei 2009 dengan tujuh poin kesepakatan, (lengkapnya silakan googling),”ujar Silaen kepada Wartawan di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Kehadiran Prabowo menjadi spesial karena dua tokoh besar bangsa ini rujuk kembali pasca terjadinya perang dingin. Meskipun kehadiran Prabowo ke Bali dalam rangka memenuhi undangan yang diberikan langsung oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Kata Silaen kehadiran Prabowo dalam acara tersebut menjadi tanda demokrasi Indonesia akan lebih baik. Semoga!
Semua orang akan mencoba mengkait-kaitkan dengan agenda besar menuju 2024, ini baru dugaan sementara, sebab politik itu sangat dinamis, yang kecepatannya bisa menyamai cahaya,” ungkap Silaen.
Untuk diketahui, PDIP mengundang sejumlah ketua umum partai politik untuk hadir dalam acara Kongres V di Hotel Grand Inna Beach, Bali. Namun dari luar koalisi, partai berlambang banteng tersebut hanya mengundang Partai Gerindra.
Sampai-sampai Ketua Umum PDIP Megawati pun berpesan agar seluruh kadernya menghormati kedatangan Prabowo sebagai tamu undangan. Ia tak ingin kehadiran Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto itu disambut dengan teriakan-teriakan yang menyinggung. Inilah pengistimewaan yang jadi tanda adanya “CLBK” itu, “papar Silaen sebagai pegamat Politik muda ‘zaman now’
Lanjut Silaen, melihat kehadiran Prabowo dalam Kongres V PDIP ini merupakan rangkaian peristiwa penting dari pertemuan di MRT dengan Jokowi, ‘politik nasi goreng’ Teuku Umar antara Prabowo dan Megawati hingga kehadiran Prabowo di Kongres V Bali. Melihat hubungan rukun dan baik ini bisa membantu mengatasi masalah kebangsaan diakar rumput.
“Besar harapan jika dua kekuatan politik ini ‘adem ayem’ yang muaranya bagi kemajuan Bangsa dan Negara ini, agar bangsa ini lebih mudah diurus/ benahi dari rongrongan “separatisme ideologis” yang menjelma kedalam politik identitas, yang sekarang menguat,”tutup alumni Lemhanas Pemuda ini. LN-AZA