Jakarta, LiraNews– Korban judi online terus berjatuhan. Anggota Komisi I DPR RI Syamsu Rizal menilai perlu ada penetapan judi online sebagai darurat nasional.
“Satu keluarga muda di Tangerang Selatan ditemukan tewas secara bersamaan diduga karena terjerat judi online dan pinjaman online. Ayah, ibu, dan anak berumur tiga tahun meninggal bersama. Implikasi dari adanya judol ini luar biasa dan termasuk kategori extraordinary crime,” ujar pria yang akrab disapa Deng Ical ini, Senin (3/2/2025).
Deng Ical menilai judol tidak hanya memberikan dampak sosial tapi juga dampak ekonomi karena berdasarkan data PPATK, lebih dari Rp1 trilun uang hasil judol yang masuk ke luar negeri.
“Bayangkan saja, setengah mati kita ajak investor masuk menanam modal sementara uang kita yang lain dibawa kabur. Bahkan Presiden membuat Inpres pembatasan perjalanan luar negeri. Tapi kita lupa kalau ada yang mesti dijaga supaya uang tidak tergerus keluar,” ujar Deng Ical.
Deng Ical meminta agar penanganan judol ini tidak dilakukan parsial tapi seluruh pemangku kepentingan juga harus turut serta memberantas judol.
Semua pihak, imbau Deng Ical, harus terlibat mulai dari Perguruan Tinggi, alim ulama bahkan aparat Tentara Negara Indonesia (TNI) karena judol mengancam ketahanan nasional.
“Presiden sudah harus bikin aturan ini dalam keadaan darurat nasional,” ujar Deng Ical.
Judol, tutur Deng Ical, memiliki dampak langsung dan tak langsung dalam kehidupan masyarakat.
Bahkan, lanjut Deng Ical, dari 270 juta masyarakat Indonesia, sebanyak 40 juta orang telah terdampak judi online. Ironisnya sebagian besar dari mereka ada di usia produktif.
“Pemain judol ini kurang lebih ada 8 juta orang di Indonesia. Kenyataan ini menyedihkan. Mereka tidak melakukan kegiatan yang produktif tapi malah terjebak permainan judol yang menyesatkan,” imbuh Deng Ical.
Banyaknya masyarakat Indonesia masa produktif yang terlibat judol, ucap Deng Ical, menandakan sumber daya manusia (SDM) mengalami degradasi kualitas.
“Selain itu banyak masyarakat bawah yang jadi korban judol. Jangan-jangan karena judol, kita malah tidak dapat Indonesia Emas 2045,” ungkap Deng Ical.
Untuk mencegah anak mudah terpapar judol, ingat Deng Ical orangtua dan lingkungan sekolah juga harus berperan penting.
“Orangtua, harus dapat memberikan pemahaman kepada anak tentang permainan judol yang menargetkan anak-anak sebagai pengguna. Selain itu juga harus memberikan pembatasan anak menggunakan gadget. Harus ada pembatasan penggunaan media sosial pada anak dan unsur pendidikan serta keluarga harus terlibat untuk mencegah agar tak mudah terpapar judol,” papar Deng Ical
Permasalahan judol, tambah Deng Ical, adalah permasalahan kompleks karena berhubungan dengan akses terhadap ISP dan juga yang melibatkan lintas negara.
“Judol, katanya harus dilihat sebagai upaya negara melindungi generasi Indonesia emas. Jangan pandang masalah ini sebagai masalah ekonomi atau kriminalitas semata,” pungkas Deng Ical. LN-RON