Malang, LiraNews.com – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid menilai Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Malang Raya gagal total menjaga keamanan dan ketentraman tokoh agama, hingga terjadi perampokan disertai pembunuhan terhadap Pendeta di Kabupaten Malang.
“Ada penyerangan pendeta dan pembunuhan keluarganya di Kabupaten Malang. Ini merupakan ancaman serius terhadap rasa aman bagi masyarakat. Pemerintah dan Forkompinda Kabupaten Malang terkesan lalai dalam menjaga keamanan dan ketentraman warga malang, khususnya para pemuka agama,” kata Habib Syakur kepada awak media, Senin (1/4/2024).
Habib Syakur mengingatkan bahwa rasa aman dan nyaman harus dijamin oleh negara. Apalagi yang menjadi korban dari kekerasan itu adalah pemuka agama yang merupakan panutan bagi umat.
“Pemuka agama yang menjadi panutan umat malah diserang. Ini tak boleh terjadi. Saya lihat Forkompinda Kabupaten Malang ini lalai. Sangat disayangkan, karena kejadian ini bisa menjadi rujukan atas kegagalan total dalam melindungi masyarakat, wabil khusus pemuka agama,” jelas Habib Syakur.
Ulama asal Malang Raya ini pun mendesak agar kejadian ini menjadi perhatian serius pemerintah, dalam hal ini Forkompinda Malang Raya, Forkompinda Jawa Timur, hingga pemerintah pusat.
Ia meminta agar kinerja Forkompinda Kabupaten Malang dievaluasi total dalam menjaga harmonisasi beragama dan keamanan masyarakat. Sebab ketika pemuka agama sudah menjadi korban kriminalitas, maka rasa aman itu mencekam bagi umat.
“Kejadian ini tak bisa dianggap remeh, karena korban ya adalah pemuka agama dalam hal ini pendeta. Semua agama harus diperlakukan sama rasa, sama rata, dan sama tinggi. Sebab tak ada agama yang tidak mengajarkan cinta kasih kemanusiaan,” tegasnya.
Habib Syakur pun menduga, mungkin saja para pelaku perampokan Pendeta disertai pembunuhan ini sebagai akibat adanya provokasi di tengah hiruk-pikuk khilafah yang ingin mendiskualifikasi harmoni kebangsaan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Malang.
Karena itu, Habib Syakur meminta dengan hormat agar pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Jokowi, memberikan teguran keras kepada Forkompinda Kabupaten Malang. Sebab rasa aman ini sudah tidak ada lagi terhadap pemuka agama.
“Dengan segala hormat, saya minta Presiden Jokowi menegur dengan keras Bupati Malang dan Forkompimda Malang. Bila perlu panggil Bupati dan Wali Kota hingga Gubernur Jawa Timur, karena komitmennya tidak terlihat dalam menjaga tegaknya prinsip dasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dan dalam bingkai etika keindonesiaan dan norma dasar Pancasila,” tandas Habib Syakur.
“Tolong pak Presiden Jokowi, agar semua pemuka agama hidup tenang, aman, nyaman dan terbebas dari teror. Tanpa tembang pilih, baik pemuka agama dari Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu, bahkan dari aliran kepercayaan. Semua harus dijaga. Keprihatinan mendalam dan dukacita mendalam dari kejadian itu,” lanjutnya.
Sebelumnya, kasus perampokan disertai pembunuhan itu terjadi pada Jumat malam (22/3/2024), saat warga masih menjalankan salat tarawih.
Perampok masuk dan melukai penghuni rumah, yakni Ester Sri Purwaningsih serta adiknya, Sri Agus Iswanto (60). Ester mengalami luka di bagian wajah, sedangkan Sri Agus yang juga penyandang tunanetra meninggal dunia dengan luka tusukan pisau dapur di bagian leher belakang. Aparat polisi masih bekerja untuk mengungkap kasus ini.