Jakarta, LiraNews.com – Keputusan Partai Demokrat yang memilih netral pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta dinilai sebagai sikap yang kurang bertanggung jawab terhadap pemilihnya.
“Ini mutung namanya dengan mengatakan tidak ikut-ikutan lagi. Lebih elegan jika memberi arahan, misalnya memilih paslon yang tingkat kedekatan visi misi dan programnya,” ujar pengamat politik dari Kantor Konsultan Politik dan Lembaga Survei Konsepindo Research & Consulting, Veri Muhlis Arifuzzaman.
Sebagai partai massa, katanya, Partai Demokrat tidak mungkin punya kontrol langsung atas pemilih Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di putaan pertama.
Namun dengan memberikan kebebasan kepada mereka untuk berikhtiar sendiri terkesan mutung. Dengan menganggap pertarungan mereka sudah selesai di DKI hanya akan menambah daftar ciri kubu penyeimbang saja dalam politik eleksi.
“Apalagi sedari awal di masa kampanye putaran pertama didapat kesan baik bahwa AHY atau Anis adalah cerminan non incumbent block,” katanya.
Namun, sikap non blok di putaran ke dua ini, menurutnya, tidak akan berpengaruh terhadap penurunan partisipasi pemilih.
Dia yakin para pemilih AHY akan tumpah ruah ke penantang lain yaitu pasangan nomor 3 Anies-Sandi.
“Mereka yang memilih pasangan Anies-Sandi adalah para pemilih yang tidak menghendaki petahana terpilih kembali memimpi DKI,” pungkasnya. LN-MHS