Jakarta, LiraNews – Peran pembiayaan dari lembaga keuangan formal masih dirasa kurang bagi pengembangan UMKM di Indonesia. Terbukti, pelaku UMKM hingga saat ini yang menikmati jasa pembiayaan dari lembaga keuangan baru sekitar 19%.
Namun, kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof Rully Indrawan, kinerja UMKM terus beranjak naik meski peran lembaga keuangan masih rendah.
“Artinya selama ini UMKM berjalan dan meningkat secara alami. Padahal sejatinya, UMKM bisa berkembang dengan dukungan pembiayaan yang kuat,” ujar Prof Rully Rully saat membuka Hari UMKM Nasional 2019 di Jakarta, Senin (12/8/2019).
Hal ini, tegasnya, menjadi tugas dan tantangan semua pihak dalam mendongkrak share pembiayaan bagi UMKM. Sebab, salah satu penopang ekonomi nasional secara signifikan disupport UMKM. Saat ini jumlah UMKM sekitar 99% dengan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 60%. “Begitu juga dengan penyerapan tenaga kerja yang begitu besar,” ucapnya.
Prof Rully menandaskan bahwa pihaknya akan terus mendorong program strategis dalam mengembangkan kinerja UMKM di Indonesia. Dengan melakukan pameran-pameran produk unggulan UMKM, baik dalam negeri maupun di luar negeri.
“Tujuannya, agar produk UMKM kita bisa diterima pasar dengan baik hingga menembus pasar mancanegara. Selain itu, pemerintah juga sudah menurunkan pajak bagi UMKM,” kata Prof Rully
Ditambahkan Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM Victoria Simanungkalit, bahwa tantangan produk UMKM lainnya diantaranya adalah nilai ekspor produk UMKM baru sebesar 14%.
“Untuk itu, kami akan terus mendorong kualitas produk UMKM, khususnya dalam bidang kemasan. Dengan kemasan yang baik, maka akan berdampak pada meningkatnya nilai produk itu sendiri,” kata Victoria.
Dia menilai, kemasan merupakan bagian penting dari strategi marketing. Kemasan merupakan unsur yang mempengaruhi minat konsumen pada sebuah produk yang berujung pada jumlah penjualan. “Tidak sekadar mewadahi dan melindungi,” imbu Victoria.
Menurut Victoria, sangat disayangkan apabila produk unggul tidak mampu menembus pasar hanjya karena kemasannya tidak menarik atau kurang memberi informasi yang dibutuhkan pembeli. Selain soal kemasan, lanjutnya, standarisasi dari sebuah produk menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan.
“Kita harus selalu ingat bahwa ke depan tuntutan pasar semakin meningkat. Kita harus siap menghadapi itu. Terlebih lagi, kita sudah menerapkan standar produk (SNI, red.) untuk produk luar yang masuk ke Indonesia. Kita harus terus meningkatkan standarisasi produk hingga bisa berstandar internasional,” kata Victoria.
Sementara itu, Ketua Fokus UMKM Roy Baskoro juga menilai bahwa pentingnya kemasan untuk mendukung bisnis UMKM. Menurutnya, kemasan dapat membentuk citra sebuah produk sekaligus menjadi elemen yang membuatnya tampak berbeda dengan kompetitor.
“Di era pasar bebas seperti sekarang ini, penting bagi sebuah produk memiliki ciri khas dan keunikan agar dapat melekat di ingatan konsumen. Untuk itu, para pelaku usaha dituntut untuk senantiasa kreatif dalam mengemas produknya,” tutup Roy. LN-AZA