Profesi Jurnalis Terancam Dibajak Citizen Journalist

Busan, LiraNews.com – Editor Harian Prothom Alo dari Bangladesh, Mashiul Alam, mengatakan bahwa dalam banyak kasus profesi wartawan dibajak oleh pihak-pihak lain yang sebenarnya tidak memahami prinsip-prinsip dasar pers namun karena kemudahan teknologi bertindak bagaikan wartawan.

“Wartawan warga (citizen journalist) adalah konsep yang sangat keliru. Wartawan adalah profesi yang terukur. Tidak mudah menjadi wartawan, ada banyak teknik yang harus dipelajari dan dipahami,” ujarnya dalam diskusi di arena Konferensi Wartawan Dunia 2017 yang diselenggarakan Asosiasi Wartawan Korea (JAK) di Busan, Korea Selatan, Kamis malam (6/4/2017).

Pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar jurnalisme itulah, sebut dia, yang membuat kabar bohong dan ujaran kebencian bisa dengan mudah disebarkan melalui jaringan siber.

“Padahal mereka tidak mengerti teknik verifikasi atau cover both side. Mereka memanfaatkan dunia siber yang terbuka luas. Akhirnya, bukan hanya mengabaikan fakta, mereka juga berpotensi memicu kebencian,” sambungnya.

Hal lain yang mengancam profesi wartawan, masih kata Mashiul Alam, adalah perusahaan search engine dan news agregator seperti Google.

“Merekalah yang mendapatkan keuntungan terbesar sejauh ini. Adapun wartawan lama kelamaan terpinggirkan, karena karya jurnalistik hanya menjadi pelengkap saja,” demikian Mashiul Awal.

Menurut Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Teguh Santosa, cara terbaik memerangi kabar bohong, terutama yang disebarkan di dunia siber, adalah dengan meningkatkan profesionalitas perusahaan dan wartawan media siber.

“Komunitas pers di Indonesia memahami persoalan ini. Sejak beberapa tahun belakangan kami menggalakkan Uji Kompetensi Wartawan (UKW),” ujar Teguh.

Sekitar 100 wartawan dari 55 negara menghadiri Konferensi yang diselenggarakan secara marathon di Seoul, Pyeongchang, Suwon, Busan dan Incheon dari tanggal 2 hingga 8 April 2017.

Selain UKW, kata Teguh, yang juga perlu dilakukan adalah membangun asosiasi perusahaan media massa berbasis internet untuk mendorong profesionalitas perusahaan media siber yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.

“Perusahaan media siber yang tumbuh subur dan berkembang cepat bagai jamur di musim hujan perlu dibina agar bisa mempraktikkan jurnalisme yang sehat dan tidak destruktif, apalagi menjadi mesin penyebar berita bohong dan ujaran kebencian,” kata Teguh. LN-MHS

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *