Evy Fitriana didampingi Iswandricondra sempat foto bareng dengan Drs. H. Dian Wijaya, foto bareng dalam museum tersebut.f.man
PADANG, LiraNews—Muharlion, Ketua DPRD Kota Padang mengapresiasi berdirinya museum tematik yang digagas SMK Negeri 7 Padang. Sebab, dengan adanya museum tematik yang menampilkan berbagai alat musik tradisional masa lalu akan dapat memberikan nilai tambah bagi sekolah tersebut.
Hal itu diungkapkan Muharlion kepada LiraNews.com, Senin (21/10/2024) melalui telepon selulernya ketika LiraNews.com mengunjungi museum tematik yang hanya diberi nama sederhana yaitu Galery SMK 7 Padang, di sekolah tersebut.
Museum tematik yang digagas Iswandricondra seorang guru di sekolah tersebut berdiri sejak awal tahun 2024 ini, dan disokong penuh kepala sekolahnya Drs. Evy Fitriana. Museum itu sendiri di resmikan oleh Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy pada 15 Mei lalu.
Menurut Iswandricondra didampingi Kepala sekolahnya Dra. Evy Fitriana, munculnya ide mendirikan museum yang menurut rencana akan menghimpun berbagai alat musik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia ini, setelah dirinya menemukan alat musik gamelan milik sekolah tersebut yang secara tak sengaja telah terkubur menjadi barang rongsokan di gudang SMK 7 Padang.
Sejarah Singkat
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 7 ( SMKN 7 ) Padang, merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Kejuruan di Sumatera yang bergerak dibidang Seni Pertunjukan dengan Etnis Minang. Sekolah ini didirikan tangga 15 September 1965 dengan nama Konserfatori Karawitan (KOKAR), jurusan Minangkabau yang bertempat di Padang Panjang. Sekolah ini didirikan oleh Rasyid Manggis, St. Pangulu dan Rasyid Sutan Tangah Hari. Tahun 1977 Konserfatori Karawitan (KOKAR) berganti nama menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI).
Lokasinya yang semula di Padang Panjang, tahun 1982 dipindah lokasi ke Padang, yang beralamat di Komplek Sekolah Seni dan Budaya. Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. Luas lahan 35000 M2 dan luas bangunan 9288 M2.
Dengan keluarnya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. No. 036/O/1997, tanggal 7 Maret 1997 tentang perobahan nama sekolah maka SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesi) berubah nama menjadi sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta dengan surat edaran Kepala Kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sumatera Barat No. 1010/I08.1/MN/1997 tanggal 11 April 1997 maka ditetapkanlah SMKI Negri Padang resmi menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 7 Padang dengan Program Studi Keahlian Seni Pertunjukan dan empat (4) Kompetensi Keahlian yaitu, Seni Musik Non Klasik, Seni Tari Minang, Seni Karawitan Minang dan Seni Teater.
Pada tahun 2004 melalui program Re-Engenering SMKN 7 Padang membuka Program Studi Keahlian Tata Kecantikan dengan Kompetensi Keahlian Kecantikan Rambut. Tahun Pelajaran 2011/2012 SMK Negeri 7 Padang membuka Program Studi Keahlian Teknik Broadcasting dengan Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan Penyiaran Program Perlevisian (TP4). Tahun Pelajaran 2018/2019 atas instruksi Pusbang Film Kementerian Pendidikan Kebudayaan RI, SMK Negeri 7 Padang membuka lagi Kompetensi Keahlian Produksi Film pada Program Keahlian Seni Broadcasting dan Film, Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal (Perdirjen) Pendidikan Dasar Menegah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nomor : 06/D.D5/KK/2018 Tentang Spektrum Keahlian SMK/Madrasa Aliyah Kejuruan (MAK).
Melihat sejarah panjang sekolah tersebut, tentu saja mempunyai berbagai alat musik tradisional, baik minang maupun daerah lain. Namun dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini, sebagian alat musik tradisional tersebut sudah tidak relevan dengan situasi dan kondisi zaman. Karena itulah, maka pihak sekolah berinisiatif membuat sebuah museum yang diharapkan menjadi pusat informasi perkembanga musik kedepannya.
LiraNews.com yang sempat berkunjung di museum tersebut, Senin kemarin diterima oleh penggagas museum ini Iswandricondra yang didampingi Kepala Sekolahnya Evy Fitriana. Begitu memasuki gedung bantuan bank dunia tahun 1983 lalu, nuansa museum sangat terasa sekali. Dalam ruangan yang semula ruang berlajar itu, dipajang berbagai alat musik tradisional. Mulai dari gamelan Jawa, sampai alat musik minang dari berbagai daerah. Baik Padang sendiri maupun Pariaman dan daerah-daerah pusat kesenian minang lainya.
“Kita akan lengkapi dengan berbagai peralatan musik lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia”, ujar Evy Fitriana sembari menambahkan bahwa, untuk memajang seluruh perlatan musik, saat ini dirinya sangat kekurangan sarana berupa lemari pajangan. “Semula kami mau mencobanya dengan pembiayaan melalui dana BOS, tapi ternyata tak mampu karena besarnya dana yang dibutuhkan”, kata Evy Fitriana. “Karena terbatasnya dana untuk melengkapi berbagai sarana prasarana tersebut, sekarang masih banyak alat-alat musik tradisional yang dimiliki sekolah yang belum dipajang”,ujarnya. (***)