KULEPAS dikau pahlawan
Kurelakan dikau berjuang
Demi keagungan negara
Kanda pergi ke medan jaya
Bila kanda teringat
Ingatlah adik seorang
Jadikan daku semangat
Terus maju pantang mundur
Air mataku berlinang
Karena bahagia
Putra pertama lahir sudah
Kupintakan nama
Padamu pahlawan
Sembah sujud ananda
Dirgahayulah kakanda
Jayalah dikau pahlawan
Terus maju pantang mundur
Syair lagu “Pantang Mundur” karya Titiek Puspa di atas adalah cermin dari perjalanan hidup dan karakter sang diva: penuh semangat, tak kenal lelah, dan senantiasa menebar inspirasi. Titiek Puspa yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah musik Indonesia itu akhirnya berpulang pada Kamis, 10 April 2025 pukul 16.25 WIB, di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.
Titiek Puspa lahir pada 1 November 1937 di Tanjung, Kalimantan Selatan dengan nama Sudarwati. Setelah berganti nama menjadi Kadarwati, ia akhirnya dikenal sebagai Titiek Puspa, nama special pemberian langsung dari Presiden Soekarno.
Sama dengan tema syair di atas, perjalanan Titiek adalah kisah klasik tentang semangat juang dan bakat yang tak pernah padam. Kariernya dimulai sejak menjuarai lomba menyanyi di RRI pada 1954 di Semarang, Jawa Tengah. Sejak saat itu, Indonesia mengenal bukan hanya suara emas, tetapi juga pencipta lagu penuh empati, aktris berbakat, penulis ulung, dan pelopor seni perempuan di panggung nasional.
400 Lagu dan 20 Album
Sepanjang hidupnya, Titiek Puspa telah merilis lebih dari 20 album dan menciptakan lebih dari 400 lagu. Karyanya menyentuh berbagai ranah, mulai dari lagu anak-anak, pop, religi, hingga balada sosial. Lagu-lagu seperti “Bing”, “Apanya Dong”, “Kupu-Kupu Malam”, hingga “Marilah Kemari” bukan hanya populer, tapi juga mengandung nilai, narasi, dan kepekaan sosial yang tinggi.
Salah satu karyanya yang paling menggugah, “Kupu-Kupu Malam”, menjadi simbol kepeduliannya terhadap kelompok marjinal—pekerja seks komersial—yang diangkatnya tanpa menghakimi, hanya dengan rasa simpati dan kemanusiaan.
Titiek juga terlibat dalam penggarapan beberapa operet seperti “Bawang Merah Bawang Putih”, “Ketupat Lebaran”, “Kartini Manusiawi”, dan “Ronce-ronce” bersama grup Papiko yang populer di TVRI. Selain menyanyi dan menulis lagu, Titiek juga berakting dalam beberapa film seperti “Karminem”, “Inem Pelayan Sexy”, dan “Apanya Dong”.
Kiprah panjangnya diganjar banyak penghargaan prestisius, antara lain Bintang Budaya Parama Dharma dari negara dan Lifetime Achievement Award dari Anugerah Musik Indonesia. Titiek Puspa dianggap sebagai tokoh yang tidak hanya berjasa dalam seni, tapi juga dalam membentuk wajah budaya Indonesia modern.
Pencipta Lagu Andal yang Menjadi Panutan
Kepergian Titiek membawa duka mendalam. Bukan hanya bagi dunia seni, tetapi juga bagi jutaan hati yang tumbuh dengan lagu-lagu ciptaannya. Sosoknya yang bersahaja, energik, dan jenaka, membuatnya dihormati sekaligus dicintai para seniman lintas generasi. Ia pernah melawan kanker rahim pada 2009 dengan ketegaran luar biasa—bahkan tetap mencipta puisi dan lagu di tengah kemoterapi. ”Bersyukur, berpikiran positif, dan gembira dalam berkarya,” kata Titiek Puspa suatu ketika saat ditanya soal rahasia awet mudanya.
Anggun C Sasmi, penyanyi Indonesia yang kini tinggal di Prancis, mengenang Titiek Puspa sebagai sosok penulis lagu yang berpengaruh dalam hidupnya karena kepiawaiannya menulis lirik dengan kata-kata padat dan berisi serta melodi yang tidak pasaran.
“Sekarang saya baru sadar bahwa melihat beliau menulis lagu-lagu dengan melodi yang tidak pasaran, kata-kata yang padat berisi, adalah satu Masterclass yang dampaknya saya rasakan sampai sekarang,” tulis Anggun dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Kamis (10/4/2025).
Penyanyi senior, Vina Panduwinata mengenang Titiek sebagai inspirasi besar dan sosok panutan yang memberi semangat untuk terus berkarya dan bertahan di dunia hiburan.
“Mama Ina pernah bilang ke Tante Titiek, ‘Aku bisa nggak ya sampai umur segini masih bisa menghibur?’. Dan ternyata Alhamdulillah, Mama Ina bisa melakukan itu, seperti yang beliau bilang dulu, ‘Vina, kamu akan lakukan seperti yang aku lakukan’,” kata Vina.
Begitulah Titiek Puspa dikenal. Ramah, supel, energik. Sang diva meninggal akibat pendarahan otak bagian kiri, sore kemarin. Jenazah Titiek akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Jumat (11/4/2025) hari ini. Selamat jalan Eyang! (*)