Workshop Colaborative Australia-Indonesia, Memerangi Perubahan Iklim dan Dampaknya

Makassar, LiraNews — Climate change akrab disebut, perubahan iklim suatu keniscayaan, demikian kalimat pembuka dari Dubes Australia untuk Indonesia di Makassar.

Sebelumnya dibuka oleh Prof Jamaluddin Jompa, PhD memperkenalkan para narasumber yang hadir yakni antara lain Prof Rahmat Witoelar, Utusan Presiden RI Bidang Perubahan Iklim juga tercatat selaku mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Dr. Erna Witoelar, Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan, merupakan Aktivis Lingkungan dan Wanita di Indonesia dan Internasional, M.E Richard Mathews Consul General Australian Consulate General Makassar.

Turut hadir Prof Catlin Burne , Director Of Griffith Asia Institute, Prof Brendan Mickey , Direktur Respon Program Perubahan Iklim, Griffith University. Kemudian Prof Dr Jatna Supriatna, M.Sc, Ketua Pusat Penelitian Perubahan Iklim, Universitas Indonesia, hadir juga Prof Jamaluddin Jompa , Dekan Sekolah Pasca Sarjana Unhas, sekaligus tuan rumah acara ini, serta DR.Rijal Idrus, M.Sc , Akademisi Unhas bertindak selaku Moderator.

Dr.Ir.Darhamsyah , M.Si , Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Hadir undangan dari akademisi, pemerintah, dll.

 

Richard Mathews sangat terkesan akan pembangunan pro lingkungan di Sulawesi Selatan serta Daerah Timur Indonesia yang menjadi wilayah kerjanya seperti, terbangunnya pembangunan Pembangkit listrik tenaga Bayu di Sidrap dan di Jeneponto. Kata Richard di Gedung Pasca Sarjana Unhas Makassar. Jumat (22/8/2019).

Pihak Pemerintah Australia mendukung pelestarian desa wisata Hutan Bambu di Toraja, mendukung pembangunan Danau-danau kecil kepada lulusan Griffith university, mendukung program Biodiesel di Ternate, mendukung Proyek Transpalantasi Terumbu Karang di wilayah Timur Indonesia.

“Peningkatan pengetahuan tentang Dampak perubahan Iklim kepada Masyarakat maka keputusan yang tepat akan diambil kepada masyarakat,” ucapnya.

Prof.M.E Rachmat Witoelar, Utusan Khusus Presiden RI Bidang Pengendalian Perubahan Iklim/ President’s Spesial Envoy For Climate Change. “Tujuan kehadiran dari Koloborasi kegiatan ini adalah berfikir maju bersama, tentunya dengan landasan Ilmu , dan kami mengharapkan masukan-masukan dari Pemerintah Provinsi kepada para ilmuwan yang hadir sekarang ini,” papar mantan Menteri Lingkungan Hidup ini.

Melalui CAIPSDCC program diantaranya Protecting Enviromental and Promoting Sustaibility, Cuilvating Good Relations with the Nations , Conects Academic Government, Industry, Civil society to Each other.”

Belum lama ini tercapai pertemuan inti berupa dialog percakapan tingkat tinggi di Paris, Kyoto yang menghasilkan tentang Public Health, Socio Economic Issues, suistanable Landscape Management, Climate Resillent Development in eastern Indonesia.

Paparan dari Prof Jaja Supriatna, dari Universitas Indonesia. Terkait I-SER ( Institute For Suistanable Earth And Resources), Universitas Indonesia. “Kami juga dilibatkan Terkait Perdagangan Rendah Karbon, Keys Toward Low Carbon Development in Indonesia,” katanya.

Selanjutnya dikatakan Jaja Supriatna, “Salah satu Low Carbon Development adalah bekerjasama Dengan industri, LSCA ( Life Cycle Suistanable Assessment). Terkait Low Carbon, Landscape Management bagaimana kita memakai Suistanablity Life Cycle Management agar para pihak Perusahaan Industri merendahkan emisi Karbonnya.”

“Terkait Infrastruktur Development akan sangat mengkhawatirkan dampak High Carbon seperti Palm Oil atau Sawit di Daerah Kalimantan, di Sumatra juga Palm oil sudah merambah masuk ke kawasan ini.” Imbuhnya.

“Akhir-akhir ini , Oil palm/ sawit sudah mengekspansi daerah Sulawesi Barat, dan pola-pola ini sangat mengkhawatirkan terutama Deforestasi di Sulawesi Tenggara. Hal ini sangat mengkhawatirkan terutama Era ekspansi besar besaran industri saat ini. Untuk itulah Landscape Suistanable Development adalah bisa dengan Tehnik Eco Tourism sebagai alternatif Ecologycal Friends , sehingga Landscape di Sulawesi bisa terjaga,” tutup Jaja.

Laporan: Ismi Subhan Hehamahua

Related posts